Bukan Sekedar Profesi tapi Panggilan Hati

Posted: January 14, 2013 in Uncategorized
Tags: , ,

Pendidikan-mendidik-anak-shalih

Hari ini 14 Januari 2013..

Ada cerita baru yang terjadi dalam hidup saya.. Puji syukur kepada Allah swt yang telah memberikan skenario terindahNya dalam hidup saya. Sungguh takdirNya begitu indah. Begitu anggun. Begitu mempesona.

***

Tanggal 12 kemarin, saya beserta jagoan-jagoan kampus yang lain telah menyelasaikan UAS di semseter 7, atau dengan kata lain itu adalah UAS terakhir sepanjang sejarah perkuliahan S1 kami di kampus tercinta. Bahagia rasanya ketika satu persatu tanggung jawab dan kewajiban telah dilaksanakan dengan maksimal,, yaa walaupun pada hari pertama UAS, ada peristiwa menggelikan di ruangan ujian hahahaha…. ( ceritanya nanti aja ya hehehe )

Dengan berakhirnya UAS maka perjuangan sesungguhnya sebagai ‘finishing touch’ dari perjalanan panjang kami baru saja dimulai.. Bimbingan skripsi dan sidang mulai membayangi kami. Tak sabar rasanya untuk segera menuntaskan kuliah kesarjanaan ini 😀

Kami dibentuk menjadi calon-calon guru profesional, khususnya Matematika, sebuah pelajaran tentang nalar, logika, yang katanya paling ditakuti oleh sebagian besar siswa. Terdorong untuk merubah paradigma itu, maka saya secara pribadi merasa terpanggil untuk bisa menjadikan metematika sebagai mata pelajaran yang paling disenangi bukan lagi yang ditakuti.

Berbekal pengalaman PLP ( Program Latihan Profesi ) September kemarin, maka saya memutuskan untuk mengabdi dalam dunia pendidikan. Saya mengajukan lamaran ke berbagai sekolah menengah kejuruan di kota saya. Ada 3 sekolah yang saya masuki. dan alhamdulillah, satu diantaranya menerima saya menjadi guru mereka. Guru Matematika.

***

Dan hari ini, adalah perform perdana saya sebagai “the real mathematics teacher”, bukan lagi guru PLP. Saya bertanggung jawab sepenuhnya terhadap keberhasilan seluruh siswa dalam pelajaran Matematika. Saya ditempatkan di kelas XI. Saya memegang dua kelas karena disana memang hanya ada 2 kelas, itupun dicampurbaur dalam satu kelas. Yaa,, jumlah siswa di tempat saya mengajar memang tergolong sangat sedikit karena masih sekolah baru.

Kesan pertama berkanalan dengan mereka sungguh menyenangkan. Mereka lebih ‘jinak’ dibanding dengan siswa saya ketika saya menjadi guru PLP 🙂 Awal pembelajaran, saya tidak langsung membahas matematika. Yang saya lakukan pertama kali adalah memberi motivasi belajar kepada mereka. Saya yang saat itu harusnya berlaku sebagai seorang guru Matematika mendadak berubah fungsi menjadi seorang motivator 🙂 maklumlah ketika meelihat anak-anak sekolah, saya suka ‘gemes’ ingin membangkitkan semangat-semangat muda mereka 😀

Dan alhamdulillah,, respon mereka sangatlah baik. Mata mereka menyampaikan sesuatu yang mungkin hanya saya yang bisa mengerti 🙂 Berangkat dari sebuah sekolah yang tidak terlalu besar dengan kondisi mereka yang serba kecukupan, namun saya yakin mereka punya mimpi-mimpi besar.. ada rasa haru ketika saya bisa merasakan atmosfer itu di ruangan kelas.. Subhanallah !

Menjadi seorang guru honorer, terlebih mengajar pada sebuah sekolah yang baru berdiri tentulah tak banyak timbal balik yang bisa diharapkan. SUdah menjadi rahasia publik, bahwa gaji seorang guru honorer bisa dikatakan hanya “saongkoseun” (hanya untuk ongkos saja). Maka tak banyak yang bisa dijanjikan dari gaji seorang guru honorer. Hanya belas kasih Allah lah yang akan membalas sebuah keikhlasan dari seluruh guru honorer di muka bumi ini 😀

Yaa.. maka saya bisa merasakan sendiri akan hal itu, Menjadi seorang guru bukan sekedar sebuah profesi tetapi lebih kepada panggilan hati. Panggilan naluri yang senantiasa tergerak ketika melihat wajah-wajah polos anak bangsa yang memang harus dibentuk ilmu dan imannya. Sebuah panggilan hati yang akan membantu cita-cita besar mereka di masa depan. Inilah PR besar bagi seluruh guru di Indonesia. Bukan hanya mengajar, tapi juga mendidik. Mendidik dengan hati.

Ahhh.. sungguh, saya ingat betul bagaimana senyum tipis anak-anak baru saya tadi pagi 🙂

Senyum paling jujur dan penuh harapan. Tulus dari hati.

Jika bukan kita yang membantu mereka, siapa lagi ?!

Comments
  1. ryan says:

    Terima kasih telah menjadi guru.
    Dan perkataan, mendidik dengan hati… Setuju sekali. Sama seperti bekerja di tempat lainnya, harus dengan hati.

  2. chrismanaby says:

    Salut sama bu guru 😀
    terus berjuang mbak

  3. soleh utiana says:

    tetap semangat mbak
    mungkin ini adalah salah satu jalan Yang diberikan Allah kepada mbak untuk menapaki hidup yang berkualitas

    • kachu says:

      makasih mas 🙂
      semoga saja ini memang menjadi langkah awal saya untuk membuat hidup saya dan hidup orang-orang di sekitar saya menjadi lebih berkualitas…
      doa yang sama untuk mas soleh 🙂

  4. Titik Asa says:

    Selamat ya sudah menjadi guru. Saatnya tiba untuk mengimplementasikan ilmu yg didapat dibangku kuliah.
    Gak apa-apa sekarang digaji “saongkoseun”, keun, sabar wae. Insya Allah engkin digaji anu langkung. Sing percanten…
    Ngadu’akeun pisan ti katebihan.
    Salam,

Leave a reply to kachu Cancel reply